
Istanbul, Turki – Pada Rabu, 30 April 2024, semangat pengabdian lintas batas negara diwujudkan melalui stadium general bertajuk “Public Leadership to Support the Financial Independence”, yang diselenggarakan di Yedi Hilal, Istanbul. Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian internasional yang digagas oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat Internasional PCIM Turkiye yang bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung. Tujuannya adalah untuk memperkuat kontribusi intelektual dan sosial Muhammadiyah di kancah global, khususnya dalam membentuk karakter pemimpin yang adaptif, berintegritas, dan mandiri secara finansial.
Acara berlangsung hangat dan dinamis karena pada setiap sesi diselangi pantun-pantun khas budaya melayu Bangka Belitung. Acara ini dihadiri oleh mahasiswa Indonesia dan Internasional di Turki, diaspora, akademisi, serta mitra lokal Turki. Stadium general ini menghadirkan tiga pemateri utama dari kalangan akademisi dan pimpinan perguruan tinggi, yang masing-masing menyampaikan sudut pandang berbeda namun saling melengkapi tentang pentingnya literasi keuangan sebagai landasan utama dalam kepemimpinan publik.
Sesi pertama dibuka oleh Zuriat Ifada yang menyampaikan pentingnya literasi keuangan dalam membentuk karakter pemimpin yang bijak. Dalam paparannya, ia menjelaskan bahwa seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki visi dan kemampuan mengelola organisasi, tetapi juga harus memahami cara mengelola keuangan secara pribadi dan institusional. Menurutnya, literasi keuangan bukan hanya berupa pengetahuan, tetapi lebih jauh lagi memengaruhi cara berpikir, sikap, dan perilaku seorang individu dalam mengambil keputusan. Ia menekankan bahwa kemampuan ini sangat krusial bagi seorang pemimpin agar tidak terjebak dalam kebijakan yang impulsif atau keputusan yang tidak berlandaskan keseimbangan finansial. Seorang pemimpin yang memiliki pemahaman keuangan yang baik, imbuhnya, akan cenderung lebih adil, efisien, dan bijaksana dalam mengelola sumber daya yang dimiliki.
Melanjutkan sesi tersebut, Alfina Rahmatia tampil sebagai pemateri kedua dan memperkaya perspektif peserta dengan pendekatan yang lebih aplikatif. Ia mengajak seluruh peserta untuk membangun kebiasaan mengelola keuangan sejak dini, tanpa menunggu memiliki penghasilan besar. Menurutnya, literasi keuangan seharusnya dimulai dari hal-hal kecil, seperti mencatat pengeluaran harian, menyisihkan tabungan, dan membiasakan diri hidup sesuai kemampuan. Ia menegaskan bahwa pengelolaan keuangan yang baik bukan hanya domain orang kaya atau pebisnis, tetapi merupakan keterampilan hidup yang semestinya dimiliki oleh semua orang, terlebih oleh calon pemimpin. Dengan gaya penyampaian yang komunikatif dan dekat dengan kehidupan sehari-hari, Alfina berhasil menyampaikan pesan bahwa kemandirian finansial adalah hasil dari disiplin dan kebiasaan yang dibangun secara konsisten.
Puncak stadium general semakin kuat ketika Rektor Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung (UMBB), yakni Fadillah Sabri mengambil bagian sebagai pemateri ketiga. Dalam penyampaiannya, beliau mengaitkan kepemimpinan publik dengan nilai-nilai ideologis dan etika kader Muhammadiyah. Menurutnya, menjadi pemimpin di Muhammadiyah tidak sekadar soal jabatan, tetapi tentang kesiapan untuk menjadi kader persyarikatan, umat, dan bangsa yang mampu merespons perubahan zaman dan menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat. Ia menekankan bahwa pemimpin Muhammadiyah harus memiliki orientasi pada keadilan, pelayanan, dan kesejahteraan. Dengan nada yang tegas dan menginspirasi, ia menegaskan bahwa seorang pemimpin tidak boleh abai terhadap nasib masyarakat yang dipimpinnya, serta harus hadir sebagai solusi, bukan bagian dari masalah. Kepemimpinan, dalam pandangannya, adalah ladang amal dan tanggung jawab moral yang besar, bukan sekadar posisi strategis.
Sebagai penutup, Nanda Kurniawan selaku Wakil Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Turki menyampaikan komitmen PCIM sebagai mitra strategis dalam mewujudkan pengabdian internasional Muhammadiyah. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa PCIM Turki siap menjadi pintu utama bagi PTM dan PTA di Indonesia yang ingin memperluas jangkauan pengabdian mereka ke luar negeri, khususnya di kawasan Eropa dan Timur Tengah. Ia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi dan jejaring internasional agar nilai-nilai keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan yang diperjuangkan Muhammadiyah dapat dirasakan secara nyata oleh masyarakat global.
Kegiatan stadium general ini menjadi momentum reflektif sekaligus inspiratif bagi seluruh peserta. Dalam suasana keilmuan yang kental dan nuansa persaudaraan yang erat, diskusi yang berlangsung tidak hanya memperkuat pemahaman peserta terhadap pentingnya kepemimpinan publik dan literasi keuangan, tetapi juga menyemai semangat untuk menjadi agen perubahan yang mampu menjawab tantangan global dengan solusi yang berakar dari nilai-nilai Islam dan kemanusiaan.
Dengan keberhasilan acara ini, Muhammadiyah kembali menegaskan posisinya sebagai gerakan yang tidak hanya berkiprah di dalam negeri, tetapi juga siap memberikan kontribusi nyata di panggung internasional, membangun pemimpin yang tidak hanya cerdas dan bijak, tetapi juga tangguh dan mandiri secara finansial.
Penulis : Arief Dwi Saputra, M.M.
Editor : Muhammad Dihya Rafi Akhtar